Wahyu Cahyadi

Topeng Jaya Prana & Layon Sari

Label:




Perselisihan antara Jaya Prana dan Ngurah sudah dimulai sejak mereka masih kanak-kanak yaitu antara sekumpulan pemuda yang miskin yang diwakili Jaya Prana, Wayan Gejir dan Sugriwa dengan pemuda kaya yang diwakili Ngurah, Sawunggaling dan Wayan Merta.
Jaya Prana Cs selalu menjadi bulan-bulanan Sawunggaling dan Wayan Merta yang tubuhnya lebih besar dari mereka. Permusuhan itulah yang kemudian menciptakan sebuah kebencian yang tidak ada obatnya.
Suatu kali, karena sifat sosialnya yang tinggi mengantarkan Jaya Prana pada sebuah pengalaman yang kemudian merubah hidupnya. Jaya Prana menjadi orang yang memiliki kesaktian tiada tanding.
Kesaktian tinggi itulah yang pada akhirnya menyelamatkan wilayahnya dari ancaman serangan Cokorda Rai dan pasukannya yang terkenal brutal. Jaya Purna segera menjadi pahlawan yang diselu-elukan seluruh warga. Belum lagi pak Agung yang menghadiahkannya sebuah posisi penting diwilayah itu.
Dari situlah Jaya Prana bertemu dengan Layonsari, primadona kampung yang sudah dikaguminya sejak kecil. Kedekatan Jaya Prana dengan Layonsari membuat gerah Ngurah yang tentu saja semakin mempertajam permusuhan diantara mereka.
Ngurah dan kawan-kawan tak pernah berhenti untuk menyingkirkan Jaya Prana dengan cara apapun. yang menjadi korbannya adalah nenek Layonsari yang harus terpanggang hidup-hidup di dalam rumah yang terbakar.
Musibah-musibah beruntun yang dialami Jaya Prana dan Layonsari menggugah hati pak Agung untuk menampung mereka di rumahnya setelah keduanya menikah. Ngurah memprotes keras karena tidak ingin tinggal satu atap dengan musuh bebuyutannya.
Namun pak Agung tetap pada keputusannya. tentu saja Ngurah gerah melihat gadis pujaan yang kini tinggal bersama di rumahnya. Layonsari jadi ketakutan mengetahui Ngurah menyimpan niat buruk padanya.
Sepuluh tahun berlalu, dan keberanian Ngurah pada Jaya Prana terasa semakin menggila. Sawunggaling adalah antek yang tidak pernah kehabisan ide untuk menjebak Jaya Prana. Namun kesaktian selalu membuatnya selamat dari bahaya.
Kejadian demi kejadian menyadarkan Jaya Prana, Wayan Gejir dan Sugriwa bahwa semua adalah permainan dari orang yang sama. Puncaknya adalah kematian pak Agung karena diracuni oleh anaknya sendiri yang tak lain adalah Ngurah. Bagi Jaya Prana tidak ada alasan lagi untuk tetap bekerja.
Setelah berunding dengan Layonsari, Jaya Prana mantap untuk berhenti kerja. Tapi Ngurah dengan sangat licik memancingnya untuk mau melakukan tugas terakhir yaitu merampas gudang yang dikuasai Cokorda Rai. Jaya Prana yang sudah mencium adanya kebusukan mengajukan syarat untuk dibantu oleh dua antek setia Ngurah, yaitu Sawunggaling dan Wayan Merta.
Benar saja, di Karangasem Cokorda Rai sudah membekali diri dengan segala kesaktian barunya. Jaya Prana melakukan jebakan balik yang mengakibatkan kematian Sawunggaling dan Wayan Merta di tangan pasukan Cokorda Rai.
Namun kesaktian baru yang dimiliki Cokorda Rai benar-benar mengejutkan Jaya Prana. Jaya Prana terkapar tak berdaya menerima serangan-serangan mematikan dari Cokorda Rai. Beruntung Wayan Gejir dan Sugriwa datang disaat yang tepat.
Saat Jaya Prana menahan senjata Gada milik Cokorda Rai kedua sahabatnya itu segera menikamkan pedangnya ke tubuh Cokorda Rai hingga tewas. Namun Jaya Prana pun tewas beberapa saat kemudian. Karena tubuhnya sudah remuk terkena hantaman Gada milik Cokorda Rai.
Kematian Jaya Prana membangkitkan hasrat Layonsari untuk balas membunuh Ngurah meski ia tahu itu akan beresiko pada nyawanya sendiri. Keris sakri yang ditinggalkan Jaya Prana dengan ajaib telah membuat Layonsari menjadi sakti.
Namun ternyata diam-diam Ngurah pun bukan lawan yang mudah dikalahkan. Pertarungan diantara keduanya berlangsung dengan seru dan seimbang. Dalam satu kesempatan Ngurah berhasil menancapkan belatinya ke perut Layonsari. Namun keris Layonsari ternyata juga sudah menembus leher Ngurah. Keamtian keduanya pun tidak terelakkan.
Upacara Ngaben dilakukan untuk mengkremasi jasad Jaya Prana dan Layonsari bersama-sama. Anak mereka Jaya Darma bersama Wayan Gejir, Sugriwa dan semua warga menghadiri upacara dengan penuh keharuan.

          kondisi sesuai photo,sangat layak sekali untuk di koleksi.





0 komentar:

Posting Komentar


Contact


Whatsapp : +62 857 8169 5701
Email : artshop107@gmail.com

http://www.youtube.com/c/WahyuCahyadi?sub_confirmation=1

Widget